Kisah Perburuan Harta Karun : The Nanking Cargo

Penemuan harta karun di laut Cirebon membuat banyak publik di Indonesia terperangah. Bukan karena jumlah harta yang luar biasa banyak, ada 271.834 keping barang berharga, namun nilainya pun tak tanggung-tanggung, Rp 800 miliar!
Berikut ini adalah cerita tentang perburuan harta karun terutama yang dilakukan di wilayah Indonesia. Saya sadur dari VivaNews, artikel ini saya posting dalam tiga seri.

Diangkat dari sebuah kapal yang karam seribu tahun lalu di perairan Cirebon, Jawa Barat, barang-barang itu diidentifikasi milik armada yang beroperasi selama lima dinasti China kuno (907-960 M). Barang langka itu juga beraneka jenis, bukan cuma keramik. Terselip juga, gading gajah, cula badak, gelas dari Mesir, Mesopotamia dan Siria, perunggu China, kristal Tunisia, golok emas kembar hingga batu permata. Dilihat dari jenis barang langka ini menandakan para pemburu bukanlah orang sembarangan. Mereka adalah sebuah tim yang beranggotakan para penyelam profesional, dari dalam dan luar negeri. Jumlahnya, ada 39 orang, yakni 17 penyelam asing dan 22 penyelam lokal.

Bayangkan, selama 19 bulan dari April 2004 hingga Oktober 2005, mereka menyelam hingga 22 ribu kali guna mengangkat ratusan ribu keping barang tersebut. Lokasinya, berjarak 80 mil dari Cirebon, yakni antara pulau Kalimantan dan Pulau Jawa. Para penyelam ini adalah bagian dari anggota tim hasil kolaborasi antara dua perusahaan, yakni Cosmix Underwater Research Ltd dengan perusahaan lokal, PT Paradigma Putra Sejahtera. Cosmix dipimpin oleh Luc Heymans, sedangkan Paradigma dikomandani oleh Adi Agung Tirtamarta. Perusahaan lokal inilah yang menjalin kontrak dengan pemerintah Indonesia.

Heymans (53 tahun), jebolan Sekolah Maritim di Inggris ini sudah cukup lama dikenal di kalangan pemburu harta karun bawah laut. Sudah puluhan tahun, ia berpetualang menyelami lautan luas. Bahkan, sejak usia 12 tahun, pria asal Belgia ini sudah mengikuti jejak arkeolog memburu kekayaan yang tersembunyi di samudra.
Beraneka gelombang ganas, tingkat kedalaman hingga risiko bahaya di bawah laut sudah ditaklukkannya. Di laut Philipina, ia pernah nyaris tercekik lantaran tiba-tiba tabung oksigennya tidak berfungsi di kedalaman 50 meter. Tak mengherankan, jika oleh keempat putra-putrinya, Heymans dijuluki “Si Bajak Laut”.
Namun, Heymans hanyalah satu dari banyak pemburu harta karun di berbagai belahan laut di bumi ini. Nama lain yang juga kembali mencuat adalah Michael Hatcher (67 tahun), seorang pemburu harta karun asal Australia. Nama yang terakhir ini malah diburu oleh kepolisian Indonesia lantaran dituduh telah menjarah artefak-artefak berharga di perairan Indonesia.

Temuan Hatcher yang diklaim paling terkenal adalah sisa-sisa peninggalan Kapal Tek Sing dari China, yang dikenal dengan "Titanic dari Timur". Kapal yang juga disebut Bintang Sejati itu karam saat berlayar dari China Selatan menuju Jakarta, Indonesia sekitar tahun 1822. Hatcher, menemukan “Titanic” pada tahun 1999. Saat itu, ia menyewa beberapa ahli arkeologi untuk mempelajari arsip-arsip VOC. Kemudian, secara kebetulan, dia menemukan catatan tentang kapal Tek Sing, yang tenggelam pada 1822 di Laut China Selatan, wilayah Indonesia.  Dari kapal inilah, ia sukses mengangkat harta karun, antara lain sebanyak 350 ribu keping porselen China.

Namanya juga “harta karun”, barang-barang itu kemudian dilepas dengan harga yang membuat mata terbelalak. Bayangkan, seperti dilansir Timesonline.com, 4 Mei 2010, dari keramik-keramik jarahan itu, Hatcher menggondol duit Rp 180 miliar lewat pelelangan di Jerman pada 2000. Konon, pemerintah Indonesia juga kebagian.

Itu baru dari kapal Bintang Sejati. Dari kapal asal Belanda, De Geldermalsten yang tenggelam di Kepulauan Riau pada 1986, Hatcher sukses mengangkat emas dan 150.000 porselen bermutu tinggi. Tak mengherankan, jika kapal yang dijuluki 'Harta Karun Nanking' itu disebut-sebut sukses meraup dana sekitar US$ 40 juta atau Rp 360 miliar!

Keberhasilan Hatcher mengangkat kapal yang tenggelam pada 1752 ini kemudian dibukukan dengan judul “Nanking Cargo”. Harta karun temuan Hatcher ini dilelang di balai lelang Christie, Amsterdam, Belanda. Hasilnya dibagi tiga, Hatcher, investor, dan pemerintah Belanda. Cuma tiga pihak yang kebagian. Tapi, gara-gara ulah Hatcher ini, bukan hanya Pemerintah Indonesia–-yang menjadi lokasi karamnya kapal-- yang gigit jari karena tak dapat satu sen pun. Peristiwa ini juga membuat pemerintah China syok. Tiongkok mengklaim kapal dengan rute Guangdong – Belanda itu mengangkut harta nenek moyang mereka. Karenanya, para arkeolog bawah laut China menjuluki Mike Hatcher dengan sebutan “bencana”.

Seperti dimuat di halaman berita China.org.cn, China kecewa lantaran mereka tak bisa mengambil kembali harta nenek moyang mereka. Setelah tragedi itu, China membentuk tim arkeolog guna melacak dan berkejaran menyelamatkan harta karun sebelum didului pemburu semacam Hatcher.
Direktur Pusat Arkeologi Bawah Laut China, Zhang Wei mengatakan, Hatcher sebenarnya menemukan hampir sejuta porselen dari kapal “Titanic dari Timur.” Tetapi, setelah porselen didapat, Hatcher malah memerintahkan anak buahnya menghancurkan 600.000 porselen. Cuma 365.000 yang dipertahankan. Tujuannya, agar untung makin besar karena semakin langka barang, maka harganya juga kian tinggi.

Sejumlah kasus tersebut memang menunjukkan bahwa harta karun kerap mengundang sengketa sejumlah pemerintah. Masing-masing mengajukan klaim, baik karena asal-usul barang yang dibawa, asal kapal hingga lokasi tenggelamnya kapal. Beberapa kali lelang juga pernah dibatalkan, gara-gara klaim tersebut.
Meski begitu, para pemburu tetap saja melakukan perburuan. Bahkan, mereka kerap dituduh sebagai penjarah barang berharga dalam lautan karena melakukannya secara ilegal.
Mungkin karena itu pula, meski sudah dicekal pemerintah Indonesia, Hatcher tetap saja memburu harta karun di sini. Dia diduga kini tengah berada di perairan Blanakan, Subang. Ia disebut-sebut baru saja menemukan harta karun dari Dinasti Ming yang tenggelam di sana. Nilainya lagi-lagi lumayan, diperkirakan lebih dari US$ 200 juta!

Artikel selanjutnya: Mel Fisher Sang Legenda



Semesta Biologi
(Heri Susanto, VivaNews)

Related Posts by Categories




0 komentar:

Posting Komentar

Jika merasa artikel yang telah Anda baca bermanfaat, silahkan meninggalkan komentar