Luwak : Hewan Penghasil Kopi Termahal

Sebagai penggemar kopi, mungkin kamu pernah mencicipi satu jenis kopi yang disebut kopi luwak. Saya yakin banyak kopier yang hanya pernah dengar namanya tetapi belum pernah mencicipinya (seperti saya he he he ...). Maklum saja, karena harganya yang mencapai jutaan rupiah membuat para kopier harian kelas bawah  seperti saya ini hanya bisa bermimpi.



Percaya atau tidak, di Jakarta harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah per cangkir! Di Amerika, secangkir kopi luwak bahkan dihargai hingga US$50 (Rp 500 ribu), dan kopi dalam kemasan dijual sekitar US$600 (Rp 60 juta) per 4,5 kg! Pantas saja kopi ini dijuluki kopi termahal di dunia.
Apa sebenarnya yang membuat kopi luwak ini sangat terkenal dan harganya begitu mahal? Gini ceritanya.

Tahu hewan Luwak ya? Bentuknya mirip kucing, tetapi ukuran tubuhnya lebih besar (lihat gambar).

Makhluk sejenis Musang yang memiliki nama latin Paradoxurus hermaphroditus ini adalah seekor hewan penggemar kopi. Jadi biji kopi yang sudah masak merupakan makanannya sehari-hari. Hebatnya si Luwak ini mampu memilih biji kopi yang bagus dan benar-benar sudah masak. Para produsen kopi ini beternak banyak Luwak yang diberi makan biji kopi setiap hari. Nah, biji yang dimakan hewan tersebut akan mengalami fermentasi secara biologis di dalam saluran pencernaannya karena peran enzim tertentu. Kulit kopinya tercerna, sedangkan biji kopinya yang keras tidak bisa dicerna dan akan dikeluarkan bersama kotoran. Biji kopi yang keluar bersama kotoran itulah yang kemudian dikumpulkan dan diolah (Waw...!) Tentu saja biji kopi tersebut dicuci hingga bersih sebelum dimasak dan digiling. Konon kopi ini memiliki aroma, rasa, dan kelembutan yang sangat berbeda dan khas dibandingkan dengan kopi biasa. Bubuk kopi luwak ini dijual relatif mahal, yakni Rp 1 juta-Rp 1,5 juta per kilogram, dan menjadi andalan bisnis ekspor kopi Indonesia.

Teknis produksi kopi luwak ini kemudian dikembangkan agar bisa meningkatkan produksi dan tidak semata-mata terikat pada para Luwak sebagai tenaga kerja. Seorang pemuda bernama Guntoro menemukan cara yang lebih praktis dengan menggunakan teknik fermentasi secara khusus dengan mikroba probiotik dari usus halus dan usus buntu sang Luwak tadi. Dengan demikian kopi ini dapat diproduksi berdasar kebutuhan dan tidak terbatas pada jumlah dan kemampuan konsumsi sang Luwak. Produksi dengan cara ini menghasilkan kopi bubuk olahan yang dikenal dengan nama kopi probiotik.

Nah, sekarang kamu sudah tahu apa itu kopi luwak. Gimana, masih nekat mau mencicipi?

Semesta Biologi

Related Posts by Categories




2 komentar:

nita mengatakan...

saya baru tahu tentang apa itu kopi luaksetelah membaca artikel ini,,, tapi yang jadi pertanyaan saya apa yang membuat kopi luak itu jadi mahal?? terus dengan pencernaan yang dilakukan oleh luak tersebut tidak merusak kandungan gisi atau zat-zat lain yang terkandungan dalam biji kopi? dan apakah enzim pencernaan yang dimiliki oleh luak tidak dimiliki oleh hewan lain?? terima kasih.

Jericho mengatakan...

Yang membuat jadi mahal ya prosesnya itu mbak. Produksinya musti menggunakan Luwak. Itu sebabnya produsen kopi luwak harus memelihara banyak luwak sebagai tenaga kerja. Itu juga berarti penambahan cost product.
Kelebihan kopi luwak (konon) pada aroma dan rasa yang khas, berbeda dengan kopi biasa. Jadi kalo dikatakan rusak tampaknya enggak ya? Mungkin bisa dianalogikan seperti jamur Rhizopus yang bisa meningkatkan kualitas gizi/protein kedelai pada tempe.
Menurut teori evolusi, tampaknya sistem metabolik luwak dan korelasinya dengan biji kopi telah terpola secara evolusioner. Jadi kemungkinan besar tidak dimiliki oleh hewan lain. Buktinya adanya cuma kopi luwak, dan gak ada kopi kambing atau kopi tikus kan? He he he Terimakasih telah sudi mampir ke blog saya. Sayang blog Anda commentnya diclose. Semoga kuliahnya sukses!

Posting Komentar

Jika merasa artikel yang telah Anda baca bermanfaat, silahkan meninggalkan komentar