Simfoni cinta para nyamuk

aedesDenging nyamuk rasanya mengganggu sekali. Apalagi kalau mereka terbang berombongan dan melakukan manuver dekat telinga. Menyebalkan!

Tahukah Anda bahwa suara itu muncul akibat getaran kepakan sayap sang nyamuk. Ronald Hoy beserta rekannya dari Cornell University New York telah meneliti denging nyamuk. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nyamuk jantan mengepakkan sayapnya dengan frekuensi sekitar 550-650 Hz, sementara nyamuk betina frekuensinya sekitar 350-450 Hz.

Hampir 70 persen dari pasangan nyamuk, ternyata menyesuaikan kecepatan kepakan sayap antara jantan dan betina dengan cara tertentu. Nyamuk Aedes aegypti mengubah kepakan sayap mereka sehingga nada harmonik kedua pejantan cocok dengan nada ketiga betina. Hasilnya adalah semacam semacam simfoni duet kawin dengan frekuensi sekitar 1.200 Hz! Wow!

Apakah mereka masih bisa mendengar frekuensi setinggi itu? Ternyata nyamuk memiliki ‘telinga’ yang disebut organ Johnston yang mampu mendeteksi frekuensi hingga setinggi 2.000 Hz. Para peneliti menduga penyesuaian nada denging ini adalah suatu bentuk seleksi seksual di mana sang betina sedang menguji kebugaran pejantan sebelum kawin.

Tahukah Anda manfaat hasil penelitian ini? Bila nyamuk jantan disterilkan (dimandulkan), ternyata juga menghilangkan kemampuan pejantan untuk menyesuaikan harmonisa pada 1.200 Hz. Akibatnya nyamuk betina akan menolak pinangan sang jantan karena dianggap ‘impoten’ dan tidak akan terjadi perkawinan. Dalam jangka panjang populasi nyamuk yang kian menyusut pada akhirnya memusnahkan jenis nyamuk tertentu yang bertindak sebagai vektor penyebar penyakit seperti Aedes aegypti.

Tentu saja itu masih sebatas wacana. Kemungkinan kenyataan di lapangan nantinya bisa jadi lain, apalagi kalau nyamuk betinanya ternyata tidak tahan kesepian!

Related Posts by Categories




0 komentar:

Posting Komentar

Jika merasa artikel yang telah Anda baca bermanfaat, silahkan meninggalkan komentar